Marketing To The Middle Class Moslem (Kenali Perubahannya, pahami perilakunya, petakan strateginya); Penulis Yuswohady; Cetakan Kedua Juni 2015; Penerbit PT. Gramedia.
Dari sisi penampilan data serta ulasan, buku pemasaran yang satu ini mengulas 2 topik besar, yaitu perubahan, perilaku konsumen dan strategi serta tatik pemasaran. Buku ini merupakan buku hasil riset yang dilakukan penulis. Buku ini mengulas pasar yang menggiurkan di Indonesia, khusunya middle class mosliem, baik itu perubahan orientasi, perilaku, kegemaran hingga strategi untuk menargetkan menjadi pasar yang menggiurkan, bukan hanya saja dari niche (ceruk) tapi merubah menjadi mainstream (massal).
Sesuai dengan topik pada bagian pertama, “Mengenai Perubahan dan Perilaku Konsumen”, di buku ini diulas tentang studi kasus menjamurnya komunitas “hijabers”, “wisata halal”, makanan halal, kosmetik halal, bank syariah, asuransi & investasi syariah, islamic pop & nasyid, hotel syariah, islamic parenting, komunitas zakat & sedekah dan ngga ketinggalan komunitas pengajian di masjid dan mushala mall.
Benang merahnya, ternyata semakin sejahtera ternyata semakin religius dan semakin peduli dengan namanya halal dan nilai islami. Contoh hijab, tampilnya artis-artis sebagai role model, kemudahan mengakses tutorial hijab di media sosial, serta tampilnya desainer seperti “Dian Pelangi” yang mengampanyekan hijab sedikit banyak menciptakan efek riakan air untuk memberikan kesadaran menggunakan hijab. Ini ditambah lagi dengan menjamurnya pengajian-pengajian yang dinahkodai oleh ustad dan ustadzah (yang mempunyai jadwal khusus di televisi) semakin menyebarkan virus-virus kebaikan tersebar dengan cepat. Tidak mengherankan kalau kita mencoba mengecek di FB ads muncul kategori nama ustad/ustadzah serta komunitas hijab dan influencer yang mengangkat nilai Islami “woooooow”.
Contoh lain yang mudah dilihat adalah berlombanya stasiun televisi menanyangkan sinetron-sinetron islami, bahkan berani tampil di prime utama. Sebut saja salah satunya “Tukang Bubur Naik Haji”, entah sudah berapa episode sinetron ini tampil menghimbur masyarakat indonesia. Padahal dulu tayangan islami hanya ada pada saat Bulan Ramadhan.
Tidak ketinggalan soal makanan, setiap pembeli akan mengecek terlebih dulu ada atau tidaknya simbol MUI. Bahkan saking pedulinya mengecek langsung ke situs MUI untuk memastikan kehalalannya.
Pada bagian kedua buku ini merupakan bagian terpenting, bagian ini memaparkan bagaimana strategi pemasaran dengan segmen pasar khususnya “middle class moslem”. Pangsa pasar “middle class muslim” terbagi menjadi empat kuadran sosok konsumen. Yaitu “Apathist “ (Spritual value rendah dan emotional value rendah “emang gua pikirin”), “Rationalist” (Spritual value rendah dan emotional value tinggi “gue dapet apa?”), “Universalist” (Spritual value tinggi dan emotional value tinggi “islami itu penting?”) dan terakhir “Conformist” (Spritual value tinggi dan emotional value rendah “pokoknya harus islam?”).
#1 The Principle Of Customer
Dalam mengonsumsi produk dan jasa, mereka tidak hanya sekadar mencari manfaat fungsional tetapi mereka mencari manfaat emosional. sehingga formula nilai konsumen bukan lagi emotional benefit + functional benefit per cost, tapi emotional benefit + functional benefit + spiritual benefit per cost.
#2 The Principle Of Competition
Suatu merek harus menjadi role model bagi para konsumen. Untuk konsumen yang “Apathist “ harga akan menjadi pertimbangan yang utama, “Rationalist” selain harga fuctional benefit akan jadi pertimbangan (but one get one), “Universalist” functional benefit dan spiritual benefit (produk yg islami), “Conformist” (dari hulu ke hilir harus islami.
#3 The Principle Of Positioning
Untuk mengambil hati kelas menengah muslim, merek harus ramah-bersahabat, harus menyerap sebanyak mungkin pengaruh-pengaruh dari luar islam secara positif lalu mengambil manfaat positif untuk mengenyahkan yang negatif. Sebagai contoh pada saat kemunculan Bank Syariah Mandiri (BSM), bank ini tampil mengangkat jargon “Menjalankan misi membangun peradaban ekonomi yang mulia”, “ BSM akan membangun semangat keakhlakan, kemanusiaan, keadaban dan peradaban. Menampilkan islam dengan wajahnya yang benar, menebarkan bukt-bukti kasih sayang Allah bagi manusia dan semesta raya”.
#4 The Principle Of Differentiation (membangun autentik melalui komitmen dan passion dengan menciptakan DNA sendiri)
Nilai autentik yang sangat baik dilakukan oleh “Wardah”. Sejak awal kemunculannya, produk satu ini memosisikan diri sebagai produk kosmetik halal dengan moto “Suci dan Aman” dan mensponsori setiap acara-acara islami sekolah, kampus hingga masyarakat dari dulu hingga kini. Konsistensi yang dilakukan selama 20 tahun, kini menjadikan wardah mampu menjadi category bulider dibandingan merek lain yang hanya sebagai pemain medioker.
#5 The Principle Of Value (Offer unique value)
Universal value merupakan product benefit (emotional benefit + functional benefit) + spiritual benefit per cost. Maka untuk memenangkan persaingan di pasar muslim, merek harus mampu menghasilkan unique universal value ke konsumen dengan menyeimbangkan manfaat produk dan manfaat spiritual.
#6 The Principle Of Engagement (Connect your customer)
Kaum muslim merupakan kelompok sosial yang memiliki kesamaan tujuan, tujuan mereka mencapai keselamatan di dunia dan akhirat dengan selalu menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi larangannya serta memiliki kesamaan nilai-nilai (common value) dan perilaku (common behaviour). Karena default kaum muslim adalah sebuah komunitas, maka pendekatan pemasaran adalah melalui kominitas. Tapi memposisikan merek bukan sebagai produsen tetapi sebagai bagian dari komunitas.
Ok. Untuk lebih detailnya, teman-teman bisa langsung ke toko buku terdekat untuk mendapatkan buku ini. sebagi tambahan informasi, di buku ini disertakan juga templete (strategic brand analysis, brand value proposition, brand positioning, brand essence & core message dan integrated brand communication) yang akan mempermudah teman-teman menganalisis pasar, target market serta metode pemasaran yang tepat untuk merek dan produk teman-teman.
“See you on next books”, keep read, learn and share”
Sumber gambar