Kemampuan Berpikir Tanpa Berpikir
Penulis Malcolm Gladwell
Gramedia Pustaka Utama
Cetakan kesembilanbelas November 2018
September 1983, seorang pedagang barang seni bernama Gianfranco Becchina datang ke Museum J. Paul Getty di California, untuk menawarkan kepada pihak museum sebuah Kouros (patung yunani kuno), sebuah patung batu pualam yang berumur abad keenam sebelum masehi, dengan harga 10 juta usd. Untuk mengindari beli kucing dalam karung, maka pihak museum meminjam kouros tersebut untuk dilakukan penyelidikan selama 14 bulan. Tidak tanggung-tanggung pihak museum mendatangkan geolog dan ahli di bidang terkait untuk diminta menganalisis kouros tersebut. Singkat cerita, dari penyelidikan tersebut diperoleh hasil jika “Kouros” tersebut asli, maka pada Tahun 1985, pihak museum sepakat untuk membeli kouros tersebut. dan pada Tahun 1986 kouros tersebut dipamerkan untuk pertama kalinya.
Meskipun demikian, beberapa pakar sejarah seni italia tidak setuju dengan pembelian kouros tersebut dan meragukan keasliannya, karena terdapat kejanggalan pada pahatan, termasuk keutuhan dari patung tersebut, karena jarang patung kuno yang berumur sama ditemukan dalam kondisi utuh tanpa cacat.
Lambat laut keraguan para ahli sejarah italia terjawab sudah. suatu hari datang seorang Thomas Hoving (mantan Direktur Metropolitan Museum Of Art New York, yang malang melintang selama puluhan tahun di dunia seni) ke Museum J. Paul Getty. Kedatangan Thomas Hoving untuk memeriksa keaslian kouros tersebut. Tidak memerlukan waktu yang lama, ketika kain penutup kourus disingkap, setelah 2 detik pertama, seorang Thomas Hoving hanya berkata “kourus ini, Masih Segar (bukan barang kuno)” dan dunia seni dibuat gempar.
Kemampuan framming
Di buku ini diulas mengenai kemampuan seseorang melakukan framming pada 2 detik pertama, beserta bukti studi keilmuwan untuk menjawab pertanyaan, “mengapa seorang Thomas Hoving bisa melakukan analisis 2 detik pertama”, “tetapi keakurasiannya mendekati bahkan mengalahkan penelitian selama 14 bulan yang dilakukan Museum J. Paul Getty”.
Sejatinya setiap manusia dibekali kemampuan yang disebut kemampuan adaptif, yaitu kemampuan yang dapat mengambil kesimpulan (framming) dari suatu cuplikan sekilas suatu kejadian.
Pada awalnya, kemampuan adaptif ini dibentuk oleh manusia secara sengaja dengan cara melakukan sesuatu hal yang sama dalam waktu yang lama, lambat laun proses ini tanpa disadari direkam oleh pikiran bawah sadar dan menerjemahkannya ke dalam bentuk peristiwa dan pola.
Contoh sederhana framming di kehidupan sehari-hari. Pada awal kita belajar mengendarai kendaraan motor atau mobil pasti akan mengalami kesulitan mengombinasikan antara gas, kopling dan persneling, namun lambat laun seiring berjalannya waktu, pola cara mengendarai kendaraan tersebut terbentuk, sehingga mengendarai kendaraan sudah semudah mengendarai bom bom car, bahkan tanpa diperintah kita tahu kapan harus menginjak pedal gas, kopling atau rem.
Pikiran sadar VS Pikiran bawah sadar
Pada awal perekaman suatu aktivitas baru, pikiran sadar dan pikiran sadar sama-sama merekam aktivitas tersebut. Hanya bedanya, selain merekam, pikiran bawah sadar merangkai menjadi suatu pola dan menjadikannya mengalir tanpa disadari oleh pikiran sadar.
Jadi disaat pikiran sadar mengalami kebuntuan, pikiran bawah sadar akan terus menggali kemungkinan berdasarkan rekaman dan pola, dan setelah pikiran bawah sadar menemukan pola, maka pikiran sadar aktif kembali.
Batasan framming
Pada akhir tahun 1999, seorang pria bernama Diallo, sedang menikmati udara malam di selasar depan rumahnya. Tidak jauh dari tempat tinggal Diallo, mobil patroli polisi menghampiri Diallo. Melihat polisi datang menghampiri dan bertanya kepada Diallo, Diallo gugup dan mencoba lari, singkat cerita terjadilah penembakan oleh polisi yang menewaskan Diallo.
Setelah dilakukan penyidikan lebih dalam, didapatkan bukti-bukti yang mengejutkan. Pertama, ternyata Diallo seorang yang gagap dan berkebutuhan khusus, sehingga pada saat kejadian, Diallo akan kesulitan menjawab pertanyaan polisi. Kedua, tidak ditemukan senjata, hanya sebuah dompet yang dipegang di tangan kanan Diallo. Ketiga, tembakan peringatan yang dilakukan oleh polisi memantul di antara atap dan tembok selasar, sehingga polisi menyangka Diallo melepaskan tembakan.
Dari cuplikan kejadian diatas, tentunya dengan pengalaman jam terbang seorang polisi akan mempunyai kemampuan framming. Tetapi “mengapa pada saat kejadian, dari perawakan Diallo, polisi tidak bisa membedakan Diallo seorang penjahat atau bukan?”, “mengapa tidak bisa membedakan antara dompet dan pistol? Dan mengapa tidak bisa membedakan antara serpihan kayu dan peluru?.
Ternyata ketika dalam kondisi yang memaksa hormon adrenalin bekerja, pikiran sadar bekerja lebih ekstra dan menonaktifkan pikiran bawah sadar, semua akan direkam kedalam pikiran berdasarkan bukti yang dilihat, dan dalam waktu singkat pikiran sadar akan menyimpulkan suatu tindakan yang perlu dilakukan, sehingga pikiran bawah sadar tidak akan diberikan kesempatan untuk melakukan framming.
“The End”
OK, itu sedikit ulasan mengenai buku “Kemampuan Berpikit Tanpa Berpikir”, untuk lebih detainya teman-teman yang masih penasaran dengan kasus dan hasil penelitian para ilmuwan lainya di buku ini. “Teman-teman bisa datang langsung ke toko buku terdekat ya!”. “Selamat membaca”.
“See you on the next books”, keep read, learn and share”
Sumber gambar
www.amazons.com; www.gladwellbooks.com; www.kompasiana.com; www.advertising-indonesia.id ; www.sains.kompas.com; www.dictio.id