The Power Of Negative Word
Edi Susanto
Penerbit Metagraf
Cetakan pertama Maret 2018
Memang sebuah judul buku yang unik dan berbeda dari kebanyakan judul yang biasanya mengusung positive thinking, ini malah berani mengusung judul “The Power Of Negative Words”. Tapi temen-temen jangan salah pengertian dulu ya…buku ini sebenarnya menawarkan konsep baru cara memandang/memaknai kejadian, terutama kejadian yang nggak mengenakan pastinya dengan sederet kata-kata yang bermakna negatif (sumpah serapah).
Ok Mari kita mulai menjelajah.
Sang penulis “Om Edi”, menjelaskan bahwa semua kejadian yang terjadi di dunia ini bersifat netral, adapun kejadian tersebut menjadi negatif dan positif bergantung cara memaknai kejadian tersebut. “OK”, untuk jelasnya begini contohnya.
“Pada suatu hari di pagi hari, Budi (bukan nama sebenarnya), mempunyai agenda rapat dengan klien yang penting di kota, maka supaya tidak terlambat, budi berangkat awal waktu. Namun siapa sangka kendaraan yang dikendarai mengalami pecah ban”. “Nah, kita penggal dulu hingga pecah ban”. Kalau kita dengar pecah ban, secara umum yang tergambar di pikiran adalah suatu kondisi di saat tekanan udara lebih besar daripada kemampuan ban sehingga terjadilah letusan. Letusan ini bisa disebabkan ban yang sudah tipis, kurang angin atau kelebihan muatan. Nah pecah ban pada kondisi ini masih bersifat netral karena belum mempunyai nilai negatif ataupun positif.
“OK, sekarang kita lanjutkan ceritanya, kita pisahkan menjadi kejadian 1 dan kejadian 2.
Kejadian 1.“Begitu menyadari ban mobilnya pecah, budi menepi ke bahu jalan, dengan kondisi kesal, budi kemudian membuka pintu mobil dan menyumpah serapah, tak luput ban mobil pun ditendang sekencang-kencanya hingga budi merasakan kesakitan dikakinya. Setelah selasai mengganti ban, budi melanjutkan perjalanan dan terjebak macet dikarenakan kecelakaan lalu-lintas. Melihat kejadian itu, budi semakin kesal, dia menekan klakson ke mobil yang budi anggap berjalan terlalu pelan. Meskipun terlambat dua jam, akhirknya budi tiba di tempat yang telah disepakati sebelum jam 12.00 siang, sayangnya klien pun tidak ada di tempat dan budi pun semakin meradang.
Kejadian 2. “Begitu menyadari ban mobilnya pecah, budi menepi ke bahu jalan, seketika itu budi besyukur kalau dirinya masih selamat dan tidak mengalami kecelakaan yang parah, dengan perlahan budi membuka pintu dan melihat kondisi ban. Menyadari harus diganti dengan ban cadangan, terlebih dahulu budi menelpon kliennya perihal kemungkinan terlambat karena mengalami pecah ban. Mendengar kabar tersebut “sang klien” berempati dan menjelaskan kalau dia juga akan terlambat juga karena ada rapat yang beru selesai menjelang makan siang. Budi dan klien sepakat rapat akan diundur setelah makan siang. Setelah selasai mengganti ban, Budi pun melanjutkan perjalanan. Tidak berapa lama, Budi terjebak macet karena ada kendaraan yang mengalami kecelakaan lalu-lintas. Melihat ciri-ciri kendaraan yang mengalami kecelakaan, Budi teringat mobil tersebut yang melaju dengan kencang menyalip mobil Budi. Seketika Budi bersyukur mungkin saja kalau tidak pecah ban dia yang akan mengalami kecelakaan. Budi akhirnya tiba di tempat yang sepekati, Budi bersyukur karena bisa datang sebelum jam 12.00 siang, satu jam lebih awal dari waktu yang disepakati. Sambil menunggu, Budi menyiapkan bahan meeting dengan klien.
Dari dua contoh kejadian di atas, suatu kejadian yang sama akan menghasilkan realitas yang berbeda bergantung persepsi seseorang menilai dan bereaksi terhadap kejadian tersebut. Di buku ini, Om Edi menawarkan konsep 6 mata rantai untuk mendaur ulang menghasilkan tindakan konstruktif, begini alurnya………
Kejadian
Nah, seperti yang sudah dijelaskan di atas, semua kejadian yang terjadi itu netral, karena belum diartikan dan diberikan makna.
Makna
Suatu kejadian mempunyai peluang dua makna yaitu positif dan negatif. Kalau orang yang mengalami memberi makna positif maka kejadian positif dan kalau orang yang mengalami memberi makna negatif maka kejadian negatif.
Kata
Kata-kata yang dikeluarkan bergantung pada pemaknaan suatu kejadian. Kata-kata positif akan dominan jika kejadian dimaknai positif dan kata-kata negatif akan dominan jika kejadian dimaknai negatif.
Emosi
Emosi bergantung pada kata-kata, emosi akan negatif kalau kata-katanya negatif dan emosi akan positif kalau kata-katanya positif.
Tindakan
Tindakan akan bergantung pada emosi, tindakan konstruktif jika emosinya positif dan tindakan tidak konstruktif jika emosi negatif.
Realitas
Nah, bentuk akhir dari suatu kejadian akan bergantung pada tindakan, akan negatif jika tindakan tidak konstruktif dan akan positif jika tindakan konstruktif.
“Ok”. Jadi realitas sutu kejadian kalau dirunut-runut bergantung bagaimana kita memberikan pemaknaan pada suatu suatu kejadian. “Nah”. Sekarang bagaimana caranya supaya kita-kita bisa selalu memberikan makna suatu kejadian denagn makna positif?.
Ada 4 cara di buku ini yang perlu dilakukan untuk bisa memaknai postif, yaitu Berpikir positif, berpikir mendalam, berpikir terbalik dan berpikir dari berbagai sisi.
Nah itu ulasan singkat dari buku ini. Untuk lebih detilnya temen-temen bisa langsung ke toko buku terdekat, karena di buku ini banyak ulasan, tips dan trik serta contoh kejadian yang bisa kita jadikan pelajaran. Kalau saya sendiri menganjurkan banget untuk baca buku ini karena dari sisi bahasa, om edi menyusun dengan kata-kata dan gaya bahasa yang ringan, mudah dicerna dan yang paling utama adalah konsep baru cara berpikir dan memaknai.
SIAP UNTUK MELIHAT PERUBAHAN PADA DIRI KITA MASING-MASING???
Sumber gambar
www.goodreads.com; whenthefoglifts.blog; treehouserecovery.com;pinterest.com;l kidblog.org; seebecksolutions.com